Pengantar
Sumpah Pemuda merupakan salah satu hari besar nasional yang diperingati oleh bangsa Indonesia setiap tanggal 28 Oktober. Sebuah hari besar yang semestinya diperingati oleh bangsa dan rakyat yang berjiwa besar. Namun jika dikaji dengan lebih dalam, perhelatan peringatan Sumpah Pemuda selalu tanpa momentum yang prestisisus. Prestisius dalam hal ini dapat diartikan menjadi dua aspek, yaitu aspek dimana momentum Sumpah Pemuda hanya menjadi refleksi pergerakan pemuda Indonesia dan kedua Sumpah Pemuda menjadi titik awal dari sebuah pergerakan pemuda Indonesia yang progresif.
Divergensi Nilai Sumpah Pemuda
Kajian tentang aspek utama pengertian “prestisius” di atas dapat dilakukan dengan melihat realita dalam perhelatan Sumpah Pemuda. Peringatan hari Sumpah Pemuda diisi oleh sebagian pemuda progresif dengan melakukan demonstrasi menentang kenaikan gaji menteri atau menentang intervensi asing dalam pembentukan kabinet. Di sisi lain ada kelompok pemuda yang seakan tidak peduli dengan makna Sumpah Pemuda dan bahkan dengan hari-nya mereka sudah lupa kapan diperingati. Suatu realita yang menunjukkan “keberagaman” dalam memaknai suatu peristiwa (Sumpah Pemuda). Artinya telah terjadi divergensi dalam memaknai nilai dari Sumpah Pemuda. Dalam hal ini pola pemaknaan nilai Sumpah Pemuda dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama, kelompok yang memaknai Sumpah Pemuda sebagai “historical value” atau peristiwa sejarah yang diperingati sebagai ritual rutin bangsa. Kedua, kelompok yang memandang Sumpah Pemuda sebagai suatu “meaningless value”, suatu nilai yang tidak berarti alias sesuatu yang tidak harus diingat apalagi diperingati. Ketiga, kelompok yang memaknai Sumpah Pemuda sebagai “progressive value”, artinya memandang nilai Sumpah Pemuda sebagai suatu titik awal untuk bergerak meningkat atau lebih baik dari sekarang (jika dipahami secara kontekstual). Pembagian tiga kelompok ini memang hanya sebuah asumsi, namun setidaknya dapat sebagai pendekatan untuk melihat adanya divergensi (penyebaran) nilai Sumpah Pemuda.
Transformasi Nilai Sumpah Pemuda
Dari pola divergensi di atas, dapat diasumsikan pula secara sederhana, bahwa telah terjadi transformasi. Karl Polanyi (1896-1964), seorang ahli sosiologi-ekonomi dapat menginspirasi melalui konsep Great Transformation. Konsep tersebut menjelaskan transformasi social-ekonomi dan politik yang mengakibatkan realokasi, redistribusi, dan pertukaran sumberdaya (endowment). Jika pengertian transformasi Polanyi dibawa ke ranah nilai Sumpah Pemuda, maka telah terjadi realokasi, redistribusi, dan pertukaran nilai. Nilai dasar Sumpah Pemuda telah mengalami realokasi, artinya dipahami dengan tidak utuh oleh bangsa (terutama Pemuda). Hal ini yang terjadi pada kelompok pertama dan kedua. Nilai Sumpah Pemuda telah mengalami redistribusi, artinya tidak semua pemuda Indonesia (yang seharusnya menjadi subjek) mendapat nilai dasar Sumpah Pemuda. Bahkan lebih memprihatinkan lagi telah terjadi pertukaran nilai Sumpah Pemuda dengan nilai-nilai negatif yang merusak mental dan moral pemuda Indonesia (borjuis, hedonis, konsumtif).
Simpulan Sebuah Catatan: Harus Optimis!
Pola-pola diatas ini yang terjadi di dalam realita bangsa kita. Namun jika kita memaknai tentang pola realokasi nilai Sumpah Pemuda dalam perspektif optimis, maka sebenarnya telah terjadi realokasi nilai Sumpah Pemuda kea rah yang lebih baik. Pola ini ada pada kelompok ketiga (dalam asumsi di atas). Kelompok ketiga memiliki perspektif bahwa Sumpah Pemuda lebih dari sekedar peristiwa historis yang sakral tetapi selalu merupakan awal sebuah pergerakan progresif dari para pemuda Indonesia. Artinya sebuah pergerakan tanpa akhir yang bernuansa progresif, elegan, cerdas, dan mampu menyesuaikan dengan zaman. Banyak hal sederhana yang bisa dilakukan pemuda Indonesia dengan spirit Sumpah Pemuda, yaitu bagaimana berpikir progresif dan kritis terhadap permasalahan bangsa dalam kerangka nasionalisme. Semoga transformasi nilai Sumpah Pemuda dalam makna positif dapat membawa bangsa ini menjadi lebih baik.
*) Ditulis oleh B. R . Samudro sebagai Catatan Pinggir II
Tulisan sederhana ini didedikasikan Baros Social Reform Institute (BSRI) untuk Sumpah Pemuda dan nasionalisme Indonesia.
Saturday, October 31, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)